Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Daerah Penyebaran: Jawa Timur
Cara
Penyebaran: Didalam menyebarkan agama Islam, Maulana Malik Ibrahim
melakukan dengan member contoh. Beliau berperilaku baik dan berbahasa
ramah sehingga banyak penduduk yg tertarik. Ia mengajarkan cara-cara
baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu
golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit.
Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda
krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar
agama di Leran, Gresik.
Gambar:
Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Daerah Penyebaran: Jawa Timur
Cara Penyebaran: Sunan Ampel datang ke pulau Jawa pada tahun 1443, untuk menemui bibinya, Dwarawati. Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bernama Prabu Kertawijaya. Sunan Ampel menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri seorang adipati di Tuban yang bernama Arya Teja. Mereka dikaruniai 4 orang anak, yaitu: Putri Nyai Ageng Maloka, Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Syarifah, yang merupakan ibu dari Sunan Kudus. Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Mesjid Agung Demak. Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.
Gambar:
Sunan Bonang (Raden Maulana Makdum Ibrahim)
Daerah Penyebaran: Jawa Timur
Cara
Penyebaran: Sunan Bonang juga terkenal dalam hal ilmu kebathinannya.
Beliau mengembangkan ilmu (dzikir) yang berasal dari Rasullah SAW,
kemudian beliau kombinasi dengan kesimbangan pernafasanyang disebut
dengan rahasia Alif Lam Mim( الم
) yang artinya hanya Allah SWT yang tahu. Sunan Bonang juga menciptakan
gerakan-gerakan fisik atau jurus yang Beliau ambil dari seni bentuk
huruf Hijaiyyah yang berjumlah 28 huruf dimulai dari huruf Alif dan
diakhiri huruf Ya’. Beliau menciptakan Gerakan fisik dari nama dan
simbol huruf hijayyah adalah dengan tujuan yang sangat mendalam dan
penuh dengan makna, secara awam penulis artikan yaitu mengajak
murid-muridnya untuk menghafal huruf-huruf hijaiyyah dan nantinya
setelah mencapai tingkatnya diharuskan bisa baca dan memahami isi
Al-Qur’an. Penekanan keilmuan yang diciptakan Sunan Bonang adalah
mengajak murid-muridnya untuk melakukan Sujud atau Sholat dan dzikir.
Hingga sekarang ilmu yang diciptakan oleh Sunan Bonang masih
dilestarikan di Indonesia oleh generasinya dan diorganisasikan dengan
nama Padepokan Ilmu Sujud Tenaga Dalam Silat Tauhid Indonesia.
Gambar:
Sunan Giri (Raden Paku)
Daerah Penyebaran: Puncak Gunung Giri, Gresik
Cara
penyebaran: Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau
lebih dikenal dengan Raden ‘Ainul Yaqin kembali ke Jawa. Ia kemudian
mendirikan sebuah pesantren giri di sebuah perbukitan di desa Sidomukti, Kebomas. Dalam bahasa Jawa,
giri berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan
Sunan Giri. Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu
pusat penyebaran agama Islam di Jawa, bahkan pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Pengaruh Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang
disebut Giri Kedaton, yang menguasai Gresik dan sekitarnya selama
beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung. Terdapat beberapa karya seni tradisional
Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan Sunan Giri, diantaranya
adalah permainan-permainan anak seperti Jelungan, Lir-ilir dan Cublak
Suweng; serta beberapa gending (lagu instrumental Jawa) seperti
Asmaradana dan Pucung.
Gambar:
Sunan Drajat (Syarifuddin)
Daerah Penyebaran: Sedayu
Cara Penyebaran: Beliau sebagai Wali
penyebar Islam yang terkenal berjiwa sosial, sangat memperhatikan
nasib kaum fakir miskin. Beliau terlebih dahulu mengusahakan
kesejahteraan sosial baru memberikan pemahaman tentang ajaran Islam.
Motivasi lebih ditekankan pada etos kerja keras, kedermawanan untuk
mengentas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran. Usaha ke arah itu
menjadi lebih mudah karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk
mengatur wilayahnya yang mempunyai otonomi.
Gambar:
Sunan Kudus (Jafar Sodiq)
Daerah Penyebaran: Kudus
Cara Penyebaran: Dalam melakukan dakwah penyebaran Islam di Kudus, Sunan Kudus menggunakan sapi
sebagai sarana penarik masyarakat untuk datang untuk mendengarkan
dakwahnya. Sunan Kudus juga membangun Menara Kudus yang merupakan
gabungan kebudayaan Islam dan Hindu yang juga terdapat Masjid yang disebut Masjid Menara Kudus.
Gambar:
Sunan Kalijaga
Daerah Penyebaran: Jawa
Cara Penyebaran: Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis salaf” -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.
Gambar:
Sunan Muria (Raden Umar Said)
Daerah Penyebaran: Jawa
Cara
Penyebaran: Sunan Muria aktif menyebarkan dan mengajarkan agama Islam
didaerah pedesaan sepanjang Gunung Muria, sekitar 18 km sebelah utara
Kudus. Selama berdakwah beliau menggunakan seni Gamelan. Beliau telah
menciptakan gending Sinom dan Kinanti.
Gambar:
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Daerah Penyebaran: Cirebon
Cara Penyebaran: Raden
Syarif Hidayatullah mewarisi kecendrungan spiritual dari kakek buyutnya
Syekh Mawlana Akbar sehingga ketika telah selesai belajar agama di
pesantren Syekh Kahfi beliau meneruskan ke Timur Tengah. Tempat mana
saja yang dikunjungi masih diperselisihkan, kecuali (mungkin) Mekah dan Madinah karena ke 2 tempat itu wajib dikunjungi sebagai bagian dari ibadah haji
untuk umat Islam. Babad Cirebon menyebutkan ketika Pangeran Cakrabuwana
membangun kota Cirebon dan tidak mempunyai pewaris, maka sepulang dari
Timur Tengah Raden Syarif Hidayat mengambil peranan mambangun kota Cirebon dan menjadi pemimpin perkampungan Muslim yang baru dibentuk itu setelah Uwaknya wafat.
Gambar:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar